Senin, 22 Maret 2010

Mata Kamera

AREA PELAYANAN

Slide 7
  • nRW. 05 terdiri dari 8 RT
  • nRW. 07 terdiri dari 4 RT
  • n
  • nRW. 08 terdiri dari 7 RT
  • n
  • nRW. 09 terdiri dari 6 RT
Kurang Lebih 3.500 Jiwa

Pengelolaan Sampah Mandiri Dimulai dari Memilah Sampah!

Di Sunting Dari: beriman-hati.blogspot.com

Isu tentang lingkungan dan pemanasan global sekarang ini bukan lagi monopoli orang-orang terpelajar. Semakin banyak orang awam dari berbagai lapisan di masyarakat ikut sadar dan kemudian tergugah untuk melakukan sesuatu demi terjaganya lingkungan, tempat mereka tinggal dan bernaung. Mereka Semakin tahu bahwa penebangan hutan, pembakaran lahan, dan pembuangan sampah secara serampangan dan sembarangan akan menyebabkan dampak yang serius bagi keseimbangan lingkungan.

Untuk itu kesadaran personal dari masyarakat akan isu-isu lingkungan harus juga ditindaklanjuti menjadi aksi yang nyata, mulai dari diri sendiri dan dalam lingkup yang terkecil. Maka tepatlah kiranya bila keluarga sebagai masyarakat yang terkecil ikut ambil bagian dalam usaha pembenahan dan perbaikan kualitas lingkungan tempat mereka tinggal.

Posisi strategis keluarga sudah seharusnya menjadi perhatian utama dalam pemecahan masalah lingkungan. Hal ini penting mengingat keluarga adalah tempat pertama dan utama dalam usaha penanaman kesadaran akan lingkungan. Keluarga dapat menjadi media penyelamat lingkungan, dan juga sebaliknya dapat menjadi agen perusak lingkungan, yang disebabkan kurang tepatnya proses penenaman nilai-nilai kelestarian lingkungan.

Kesadaran keluarga akan kelestarian lingkungan di Kota Salatiga pun sedikit demi sedikit mulai tumbuh. Hal ini dapat dilihat dari beberapa simpul masyarakat yang meskipun masih bersifat sporadis, mau memikirkan jalan keluar bagi permasalahan lingkungan secara khusus persampahan, di lingkungan masing-masing. Seperti kita tahu, sampah domestik yang dihasilkan oleh rumah tangga di Kota Salatiga yang mencapai 385 M3 (data tahun 2006) sampai saat ini belum ditangani dan dimanfaatkan secara maksimal.

Padahal perhatian serius pada permasalahan persampahan domestik berupa pemilahan sampah mulai dari rumah tangga akan sangat membantu para pengangkut sampah. Selanjutnya sampah tersebut akan lebih mudah ditangani untuk dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan nilai tambahnya dengan mendatangakan keuntungan berupa uang. Hal ini memungkinkan karena barang-barang yang menurut anggapan umum disebut sebagi sampah, oleh sebagian orang, secara khusus para pemulung dapat mendatangkan penghasilan yang tidak kecil.

Adalah Dwi Lestiono, Ketua RT 03 RW 07 Karang Alit, Kelurahan Dukuh, beliau menagawali sebuah aksi untuk mengelola sampah yang ada di lingkungannya. Pengelolaan sampah yang digunakan dilingkungan itu adalah dengan menggunakan metode Reduce (meminimalisir penggunaan bahan yang dapat menjadi sampah), Reuse (pemanfaatan kembali barang yang tak terpakai), dan Recycle (daur ulang).

Awalnya dimulai dengan keprihatinan beberapa orang di lingkungan ini dengan masalah pengumpulan dan pembuangan sampah. Sebelumnya memang setiap rumah tangga dapat dibilang telah bertanggung jawab dalam penggelolaan sampah rumah tangganya masing-masing. Namun pembuangan sampah sampai Tempat Pembuangan Sampah (TPS) menjadi masalah tersendiri, mengingat di daerah itu belum ada TPS yang representatif. Untuk itulah warga awalnya mengusulkan agar dibantu fasilitas pembuangan sampah berupa kontainer sampah yang ditempatkan di lingkungan mereka. Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) sebagai dinas yang ditujuk untuk mengelola sampah di Kota Salatiga menyambut baik inisiatif warga. Namun mereka menawarkan alternatif lain selain penyediaan Kontainer Sampah, yaitu dengan sistem pengelolaan sampah madiri oleh keluarga, yang disebut “Keluarga Mandiri Kelola Sampah”. Setelah beberapa kali bertukar pikiran, maka warga menyambut baik ide tersebut.

Bukan hanya itu, pengurus RT dan beberapa tokoh masyarakat diajak oleh DPLH untuk studi banding tentang pengelolaan sampah di Kota Magelang. Disana mereka belajar kepada salah satu paguyuban pengelola sampah di Kampung Paten Gunung. Dari Kota Magelang mereka semakin mendapatkan bekal untuk menerapkan pengelolaan sampah secara mandiri di Karangalit.

Akhirnya warga RT 03 Karangalit menggunakan waktu 2 bulan yaitu bulan Juni dan Juli 2008 untuk melakukan sosialisasi kepada warga. Lewat Pertemuan PKK, Dasawisma dan pertemuan RT, sosialisasi dilakukan secara terus menerus. Dalam sosialisasi awal, ditekankan tentang pentingnya pemilahan sampah dalam tiga kategori, yaitu sampah organik, sampah non organik, dan sampah keras.

Selain itu juga dilakukan pelatihan pemilahan sampah dan pembuatan kompos. Seorang warga yang bernama Bendot yang sekarang lebih dikenal dengan Bendot Sampah, yang berpengalaman bekerja di Dinas Pertanian, memberi bekal pelatihan pembuatan kompos kepada masyarakat. Dengan menggunakan alat peraga dan bahan-bahan untuk membuat kompos, dia menjelaskan dan memberi pelatihan kepada warga.

Untuk memfasilitasi Program Keluarga Mandiri Kelola Sampah ini, DPLH menyalurkan bantuan berupa sebuah gerobak sampah, 30 capstock, 90 kantong karung, 30 drum plastik. Bantuan ini diberikan kepada masing-masing rumah di RT 03 Karangalit, yang keseluruhannya berjumlah 55. Kekurangan sebanyak 25 unit untuk saat ini dipenuhi secara swadaya oleh masyarakat.

Secara perlahan tapi pasti, aksi pengelolaan sampah oleh masyarakat ini telah berlangsung selama bulan Agustus ini. Partisipasi dan respon positif dari warga membuat kegiatan ini berjalan maju untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Lahan kosong di depan Yayasan Sumber Kasih, diiklaskan untuk dijadikan TPS lingkungan RT tersebut. Warga sendiri dengan penuh kesadaran memilah sampah dari rumah masing-masing, sebelum nantinya diambil oleh petugas kebersihan. Mereka semakin sadar bahwa pemilahan adalah kunci agar pengelolaan sampah dapat berlangsung lebih efektif dan efisien.

Menurut Dwi Lestiono, sampah dari warga dipilah sendiri di rumah tangga masing-masing. Mereka menggolongkan sampah ke dalam tiga jenis yaitu sampah organik, sampah non organik, dan sampah keras. Memang pada prakteknya masih ada warga yang bertanya, tentang jenis sampah, dan kemana mereka harus menggolongkan sampah tersebut. Untuk itu ketua RT kemudian berinisiatif untuk membuat daftar jenis-jenis sampah dan penggolongannya dan daftar itu ditempel di dekat tempat sampah atau kantong yang telah dibagikan.

Sampah dari rumah warga akhirnya ditempatkan di TPS, dan kemudian dipilah lagi sesuai dengan jenis sampah. Misalnya sampah plastik di pisahkan menurut jenis plastiknya. Sedangkan untuk sampah organik, dapat diolah sendiri oleh warga di dalam drum bantuan DPLH, menjadi kompos dan digunakan untuk memupuk tanaman di pekarangan. Usaha untuk menggunakan pupuk buatan sendiri sudah dilakukan oleh beberapa warga pada tanaman sayuran dan bunga di pekarangan dan lahan-lahan kosong yang ada di sekitar pemukiman.

Untuk sampah yang telah terkumpul di TPS, secara rutin akan dijual kepada pengepul dan hasil penjualannya digunakan untuk membiayai operasional pengelolaan sampah dan sisannya digunakan untuk mengisi kas RT. Jadi sedikit banyak, warga tidak terlalu kesulitan untuk mengusahakan dana secara rutin.

Penanaman kebiasaan dan kesadaran pengelolaan sampah secara mandiri juga memberi penekanan pada usaha Reduce, dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang masih dapat dimanfaatkan. Sebagai contoh, mulai timbul kebiasaan dari ibu-bapak yang sering berbelanja di pasar, untuk membawa sendiri tas dari rumah. Hal ini dilakukan untuk memperkecil penggunaan tas plastik (kresek), dengan demikian volume sampah plastik yang terbuang menjadi lebih kecil.

Ada juga beberapa warga yang mencoba membuat sebuah barang-barang seni dari sampah non organik, seperti plastik pembungkus kopi dan pembungkus deterjen. Barang-barang hasil pemanfaatan sampah berupa tas dan tempat pensil, telah dihasilkan warga RT 03/ RW 07 Karangalit. Dan bukan tidak mungkin nanti barang-barang ini dapat diproduksi secara lebih besar untuk mengatasi masalah pengangguran, yang menjadi masalah kita bersama.

Usaha untuk membuat lingkungan nyaman ditinggali dan bersih dari sampah memang bukan usaha yang dapat dilakukan hanya sekali, namun harus berkelanjutan dan bersinergi dengan lingkungan dan masyarakat lain. Untuk itu pengetahuan tentang pengelolaan sampah ini juga mulai disosialisasikan kepada anak-anak agar kebiasaan baik ini dapat tertanam dalam pikiran mereka sehingga kapanpun dan dimanapun mereka berada kebiasaan membuang, memilah dan mengolah sampah menjadi sebuah kesadaran lingkungan. Masih banyak juga RT-RT lain di Karangalit dan di Kota Salatiga yang dapat mencontoh keberhasilan RT 03/07 Karangalit dalam merintis pengelolaan sampah secara mandiri. Semoga kesadaran ini dapat menyebar, dan bukan tidak mungkin kalau tahun depan di Kota Salatiga, kita tidak dapat menemui lagi sampah yang tidak pada tempatnya. Bahkan penghargaan Adipura sekalipun, akan datang dengan sendirinya. Semoga.(shk)